MAKALAH
SEJARAH
PRA-AKSARA
DI SUSUN
OLEH:
ALFINA WULANDARI
KELAS X IPS 1
TP. 2017/2018
SMA NEGERI 1 BAGAN SINEMBAH
KECAMATAN BAGAN SINEMBAH
KABUPATEN ROKAN HILIR
RIAU
2.2 Jenis-Jenis
Manusia Purba Yang Hidup Pada Zaman Pra aksara
2.5 Persebaran
Nenek Moyang Bangsa Indonesia
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, serta shalawat
dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sehingga saya dapat menyalesaikan
makalah yang berjudul “Pra-Aksara” dari tugas Sejarah ini dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan
tentang Peradaban Manusia Purba Pada Masa Pra-Aksara, diharapkan makalah ini
dapat menambahkan pengetahuan kita semua, tentang bagaimana kehidupan pada masa
Pra-Aksara zaman dahulu itu.
Saya menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu dengan
penuh kerendahan hati, saya berharap bagi para pembaca berkenan untuk
memberikan kritik dan sarannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Akhir kata saya ucapkan
terima kasih. Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan hidayahnya kepada
kita semua. Amin
Bagan
Batu, 13 Oktober 2017
Penyusun
Alfina Wulandari
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang................................................................................... ...... 1
1.2
Rumusan Masalah...................................................................................... 1
1.3
Tujuan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... ...... 2
2.1 Pengertian Masa Pra-Aksara.............................................................. ...... 2
2.2 Jenis
– Jenis Manusia Purba Yang Hidup Pada Masa Pra-Aksara..... ...... 4
2.3 Perkembangan
Corak Kehidupan dan Peralatan Yang Digunakan
Manusia Purba.................................................................................... ...... 5
2.4
Sistem Kepercayaan dan Peninggalan Kebudayaan
Pada Masa
Perundagian............................................................................................... 10
2.5
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia................................... ...... 16
BAB III PENUTUP............................................................................................ ...... 19
3.1 Kesimpulan......................................................................................... ...... 19
3.2
Saran................................................................................................... ...... 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Masa Praaksara adalah masa dimana manusia belum mengenal tulisan atau disebut
masa prasejarah atau nirleka yang artinya tidak adanya tulisan. Masa praaksara berlangsung dari
adanya manusia sampai manusia mengenal tulisan. Kita dapat mengetahui masa
praaksara melalui peninggalan-peninggalan yang bukan berupa tulisan seperti:
fosil, artefak, dan alat-alat yang digunakan pada masa praaksara.
Salah satu ciri kehidupan masyarakat pada masa awal
adalah adanya cara hidup berkelompok. Meskipun masih sangat sederhana, manusia
purba telah mengerti akan pentingnya kerja sama dalam kehidupan mereka.
Generasi penerus sekarang ini sudah
banyak yang tidak mengenal sejarah-sejarah tentang zaman praaksara atau kehidupan
awal masyarakat. Padahal hal tersebut sangat penting bagi ilmu pengetahuan.
Tujuan kami menyusun makalah ini untuk menjelaskan tahapan perkembangan pada
masa praaksara.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana tahapan
perkembangan kehidupan pada masa praaksara ?
2.
Apa sajakah jenis - jenis
manusia purba yang hidup pada zaman Praaksara ?
3.
Apa sajakah
peninggalan - peninggalan pada masa praaksara ?
1.3 Tujuan
Dalam menyelesaikan masalah yang telah dibahas
sebelumnya, maka tujuan yang ingin kami capai adalah:
1.
Dapat menjelaskan
proses muncul dan tahapan perkembangan kehidupan pada masa Praaksara.
2.
Untuk mengetahui
jenis-jenis manusia purba pada masa Praaksara.
3.
Untuk mengetahui peninggalan-
peninggalan pada masa Praaksara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Masa / Zaman Pra-Aksara
Pengertian zaman praaksara adalah zaman ketika manusia purba belum mengenal
tulisan. Hal ini dikaitkan dengan kata “pra” yang berarti ”belum” dan “aksara”
yang berarti “tulisan”. Jadi zaman praaksara adalah zaman yang belum mengenal
tulisan. Di zaman pra aksara ini manusia hidup dalam kebudayaan yang unik, yang
mendasari munculnya kebudayaan-kebudayaan yang masih primitif. Pada zaman
tersebut manusia masih primitif, dilihat dari benda-benda peninggalan dan
aktivitas ekonominya.
Zaman
praaksara adalah masa kehidupan manusia sebelum mengenal tulisan. Praaksara
berasal dari dua kata, yaitu pra yang
artinya sebelum dan aksara yang
berarti tulisan. Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman
Praaksara dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan
suatu pengertian bahwa Praaksara adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan,
sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan.
Berakhirnya zaman
Praaksara atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama
tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir
+ tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga + tahun 4000
bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah Gambar berikut: Hubungan zaman
praaksara dan zaman sejarah Sumber informasi zaman praaksaraSumber informasi
yang dapat digunakan untuk mengetahui kehidupan zaman praaksara:
1)
Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu
karena adanya proses kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau yang
sudah tertanam ratusan peninggalan masa lampau yang sudah tertanam ratusan
bahkan ribuan tahun di dalam tanah. Contoh fosil antara lain fosil manusia,
fosil binatang, fosil pepohonan (tumbuhan).
2)
Artefak yaitu peninggalan masa lampau berupa alat
kehidupan/hasil budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logamGambar
artefak dari batu Pembabakan zaman praaksara
2.1.1 Pembagian
Zaman Praaksara
Pada zaman praaksara, terdapat beberapa zaman dan
mempunyai cirinya masing-masing. Zaman tersebut adalah zaman batu dan zaman
logam. Dimulai dari zaman batu terlebih dahulu. Zaman ini dinamakan zaman batu
karena peralatan manusia praaksara pada zaman tersebut terbuat dari batu,
misalnya saja batu-batu dibuat untuk digunakan memburu hewan di hutan. Zaman batu
dibagi lagi menjadi:
1)
Palaeolithikum
Pada zaman ini peralatan yang terbuat dari batu dibuat
secara kasar. Zaman palaeolithikum adalah zaman batu tua. Masyarakatnya masih
bersifat nomaden, artinya belum mempunyai tempat tinggal yang menetap, untuk
tempat tinggal masih berpindah-pindah sesuai dengan keadaan alam, dan
mengutamakan dalam pencarian makanan. Masyarakat juga masih bersifat food
gathering, yaitu mengumpulkan makanan dan belum mengenal memasak.
2)
Mesolithikum
Zaman mesolithikum disebut juga dengan zaman batu
tengah. Untuk peralatan masih menggunakan batu, karena zaman ini masih
tergolong pada rangkaian zaman batu. Peralatan yang digunakan oleh
masyarakatnya masih menyerupai zaman palaeolithikum tetapi sebagian masyarakat
sudah mulai ada yang menetap, membuat tempat tinggal.
3)
Neolithikum
Zaman ini disebut zaman batu muda, karena merupakan
zaman terakhir dari rangkaian zaman batu. Peralatan yang dibuat di zaman
neolithikum sudah halus dan bentuknya lebih indah dibandingkan dua zaman
sebelumnya. Masyarakatnya sudah hidup menetap, mengenal bercocok tanam, dan
food producing atau makanan dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan.
Pengertian zaman praaksara sudah, pembagian dari zaman
batu sudah, maka selanjutnya adalah zaman logam. Mengapa dinamakan zaman logam
Tentu saja karena peralatan yang dibuat menggunakan dengan logam, sama seperti
penamaan zaman pada zaman batu. Nah, di zaman logam ini juga terbagi lagi
menjadi beberapa rangkaian, diantaranya yaitu ada zaman tembaga, zaman
perunggu, dan zaman besi. Kebetulan di Indonesia tidak mengenal zaman tembaga,
jadi dari penemuan langsung ke zaman perunggu. Perunggu adalah campuran dari
tembaga dan timah, dan alat-alatnya seperti neraca, kapak, perhiasan, bejana
dan senjata.
Kemudian yang terakhir adalah zaman besi. Masyarakat
melebur besi untuk dibuat sebagai peralatan sehari-hari. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan, ditemukan hal-hal terkait dengan zaman pra aksara ini. Dimulai
dari penemuan fosil, yaitu sisa-sisa makhluk hidup yang telah membatu karena
proses kimiawi. Fosil bisa berbentuk fosil manusia, hewan, dan tumbuhan.
Kemudian ada artefak, berupa peninggalan pada zaman praaksara seperti alat-alat
dan hasil budaya mereka.
2.2 Jenis-Jenis
Manusia Purba Yang Hidup Pada Zaman Pra aksara
Manusia purba atau yang biasa disebut dengan manusia
prasejarah merupakan manusia yang hidup sebelum mengenal tulisan. Cara hidup
mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung pada alam. Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa situs tempat dimana fosil manusia purba
banyak ditemukan, seperti di Mojokerto, Solo, Ngandong, Pacitan, atau yang
paling terkenal yaitu Sangiran.
Manusia Purba adalah jenis manusia pada zaman
prasejarah, manusia purba memiliki jenis-jenis dan ciri-ciri masing-masing dari
ciri-ciri tersebut dapat ditemukan jenis manusia purba ini dan dari Penelitian
manusia purba dilakukan dengan mengadakan peneliatian penggalian wilayah yang
diperkirakan sebagai tempat hidup manusia purba.
2.2.1 Jenis-Jenis
Manusia Purba
1)
Meganthropus Paleojavanicus
Jenis purba ini terutama berdasarkan penelitian Von Koeningswald di sangiran 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang
berukuran besar. Dari hasil rekontruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis
manusia ini dengan sebutan Meganthropus Paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia purba ini
memiliki ciri rhang yang kuat dan badan nya tegap. Diperkirakan makanan jenis
manusia ini adalah tumbuh-tumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen awal.
2)
Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia in didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 didekat Trinil, sebuah desa dipinggiran Bengawan Solo,
diwilayah Solo, di wilayah Ngawi. setelah direkontruksi terbentuk kerangka
manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera. oleh karena itu jenis in
dinamakan Pithecanthropus Erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak. jenis ini ditemukan di
Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus Mojekertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo Erectus ini paling banyak ditemukan di
Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar
zaman pleistosen Tengah.
3)
Homo Sapiens
Fosil jenis homo ini pertama diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan
menyimpulkan sebagi jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar,
hidung dan mulut nya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak
semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fisik nya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.
Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
Tempat-tempat penyebaran nya tidak hanya dikepulauan Indonesia tetapi juga di
Filipina dan Cina Selatan.
2.3 Perkembangan
Corak Kehidupan dan Peralatan Yang Digunakan Manusia Purba Pada Masa Pra-aksara
Perkembangan
kehidupan masa pra-aksara dapat dilihat dari beberapa periode kehidupan yaitu
berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam dan beternak, serta
perundagian
2.3.1
Kehidupan Manusia Pada Masa Berburu
dan Mengumpulkan Makanan
Masa
berburu dan mengumpulkan makanan merupakan tahap awal kehidupan manusia. Pada masa ini manusia menghabiskan 90 % waktu hidupnya
dengan berburu dan mengumpulkan makanan.
1)
Kehidupan Sosial
Mereka
selalu hidup berkelompok yang anggotanya berjumlah 20 sampai 50 orang yang
terdiri dari satu atau dua keluarga. Tujuan hidup berkelompok adalah untuk
menghadapi binatang buas dan saling membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Mereka juga sudah mengenal kerja sama terutama dalam hal berburu. Hasil
buruannya dibagikan kepada seluruh anggota kelompok. Mereka belum mengenal
teknik berkomunikasi lisan. Mereka hanya menggunakan bahasa tubuh, gambar, atau
bunyi-bunyian untuk menyampaikan sesuatu.
2)
Kehidupan
Budaya
Pada kehiduan masyarakat berburu dan mengumpulkan
makanan, manusia lebih senang memilih goa-goa sebagai tempat tinggalnya. Dari
sini mereka mulai tumbuh dan berkembang. Mereka mulai membuat alat-alat
berburu, alat pemotong, alat pengeruk tanah, dan alat lainnya. Para ahli
menafsirkan bahwa pembuat alat-alat tersebut adalah jenis manusa pithecantropus
dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum (batu tua). Alat-alat tersebut
banyak ditemukan di Kali Baksoka, daerah Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan
kemudian disebut sebagai kebudayaan Pacitan.
Hasil kebudayaan
peninggalan masa ini adalah :
a)
Kapak perimbas
Kapak
perimbas tidak memiliki tangkat dan gunakan dengan cara digenggam. Penelitian
terhadap kapak ini dilakukan di daerah Punung (Kabupaten Pacitan) oleh Von
Koenigswald (1935). Sedangkan para ahli lainnya juga mengadakan penelitian pada
tempat-tempat lain di seluruh wilayah Indonesia, sehingga kapak perimbas tidak
hanya ditemukan di Pacitan melainkan juga pada tempat-tempat seperti Sukabumi,
Ciamis, Gombong, Bengkulu, Lahat (Sumatera), Bali Flores, dan Timor. Para ahli
sejarah mengambil suatu kesimpulan bahwa alat-alat itu berasal dari lapisan
yang sama dengan Pithecantropus Erectus dan diperkirakan juga bahwa
Pithecantropus Erectus inilah pembuatnya. Tempat penemuan kapak perimbas diluar
wilayah Indonesia seperti Pakistan, Myanmar (Birma), Malaysia, Cina, Thailand,
Filipina dan Vietnam.
b)
Kapak penetak
Kapak
penetak memiliki bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, namun lebih
besar dari kapak perimbas dan cara pembuatanya masih kasar. Kapak ini berfungsi
untuk membelah kayu, pohon, kayu, bambu atau disesuaikan degan kebutuhannya.
c)
Kapak genggam
Kapak
genggam memiliki bentuk hampir sama dengan kapak perimbas dan kapak pendek.
Tetapi bentuknya jauh lebih kecil. Kapak genggam dibuat masih sangat sederhana
dan belum diasah. Kapak ini juga ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Cara
pemakaiannya digenggam pada ujungya yang lebih kecil.
d)
Pahat genggam
Pahat
genggam memiliki bentuk lebih kecil dari kapak genggam. Para ahli menafsirkan
bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk mengemburkan tanah. Alat ini
digunakan untuk mencari ubi-ubian yang dapat dimakan
e)
Alat serpih
Alat
serpih memiliki bentuk sangat sederhana dan berdasarkan bentuknya itu diduga
digunakan sebagai pisau, gurdi, dan alat penusuk. Dengan alat ini manusia purba
mengupas, memotong, dan juga menggali makanan. Alat serpih ini juga ditemukan
oleh Von Koenigswald pada tahun 1934 di daerah Sangiran (Surakarta).
Tempat-tempat penemuan lainnya di Indonesia antara lain: Cabbenge (Sulawesi
Selatan), Maumere (Flores) dan Timor. Alat-alat serpih sangat kecil dan
berukuran antara 10-20 cm serta banyak ditemukan pada goa-goa tempat tinggal
mereka pada waktu itu.Pada umumnya goa-goa tidak terganggu keadaannya, maka apa
yang ditinggalkan oleh manusia purba masih dapat ditemukan dalam keadaan
seperti ditinggalkan oleh penghuninya, sehingga goa-goa menjadi salah satu
sasaran para ahli untuk penelitian.
f)
Alat-alat dari tulang
Alat-alat
dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan. Alat-alat yang dibuat
dari tulang antara lain pisau, belati, mata tombak, mata panah, dan
lain-lainnya. Peralatan dari tulang itu banyak ditemukan di Ngandong.
3)
Kehidupan Ekonomi
Pada
masa ini belum ada sistem ekonomi yang
kompleks. Kegiatan berburu dan mengumpulkan makanan hanya semata-mata untuk
memenuhi kebutuhan anggota kelompoknya dan tidak pernah ada transaksi dengan
kelompok lain. Mereka masih sangat bergantung pada alam dan akan mencari tempat
lain jika tempat tersebut sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Pengolahan makanan masih sebatas dibakar saja. Pada masa itu manusia telah
mengenal api. Untuk makanan yang berasal dari tumbuhan,
mereka memakannya mentah-mentah. Mereka juga belum mengenal teknik menanak
nasi.
2.3.2
Kehidupan Manusia Pada Masa
Bercocok Tanam dan Beternak
Manusia
purba Indonesia sudah memasuki masa bercocok tanam sekitar 4.000 tahun sebelum
Masehi. Terbukti dengan adanya penemuan gambar tanaman padi di Gua Ulu (Leang)
Sulawesi Selatan. Menurut ahli arkeologi Indonesia, Prof. Dr. R. Soekmono,
perubahan dari food gathering ke food producing merupakan
satu revolusi dalam perkembangan zaman praaksara Indonesia. Disebut revolusi
karena terjadi perubahan yang cukup mendasar dari tradisi mengumpulkan makanan
dan berburu menjadi bercocok tanam. Oleh karena itu, zaman bercocok tanam
dianggap sebagai dasar peradaban Indonesia sekarang.
Manusia
purba pada masa bercocok tanam menciptakan alat-alat sederhana untuk menunjang
kegiatan bercocok tanam, teknik pembuatannnya lebih maju, kapak itu bentuknya
sudah halus, diupam (diasah), seperti kapak persegi atau beliung persegi.
Terbuat dari batu berbentuk persegi, gunanya untuk menggarap ladang. Adanya
juga Kapak Lonjong, terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman.
Umumnya jenis kapak ini digunakan sebagai pacul atau sebagai kapak biasa. Dua
jenis kapak ini banyak ditemukan di Indonesia.Tradisi bercocok tanam
berlangsung hingga zaman logam dan zaman megalithikum dan menyebar di seluruh
wilayah Indonesia.
1.
Kehidupan Sosial
Melalui bercocok tanam, manusia purba menjadi saling
mengenal dengan sesamanya. Hubungan kelompok A dengan kelompok B menjadi lebih
erat. Ini terjadi karena dalam memenuhi kehidupannya, mereka dituntut untuk
selalu bekerja sama, bergotong-royong. Cara gotong-royong berlaku pula ketika
membangun tempat tinggal, di ladang dan sawah, menangkap ikan, merambah hutan.
Adanya kebutuhan hidup mendorong manusia purba untuk hidup dengan
memanfaatkan alam. Sebelumnya, pola hidup berburu dan mengumpulkan makakan
menyebabkan jumlah makanan pokok (tumbuhan dan hewan) yang disediakan alam
makin menipis. Untuk mengatasi masalah itu, manusia lalu bercocok tanam dan
menjinakkan hewan untuk dipelihara.
2.
Kehidupan
Budaya
Semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin
berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian
menjadi menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan
efisien. Mereka mulai memperhalus peralatan mereka.
Dari sinilah timbul perkakasperkakas yang lebih
beragama dan maju secara teknologi daripada masa berburu dan mengumpulkan
makanan, baik yang terbuat dari batu, tulang, atau pun tanah liat.Hasil-hasil
dari kebudayaan masyarakat yang ada dimasa bercocok tanam ialah sebagai
berikut:
a)
Beliung Persegi
Berbentuk
mirip dengan cangkul, tapi tak selebar dan sebesar dengan cangkul yang ada saat
ini. Beliung persegi yang digunakan dalam mengolah kayu, semisal untuk bisa
membuat rumah dan perahu. Didaerah Indonesia, beliung persegi telah ditemukan
cukup banyak yang terdapat didaerah yaitu sulawesi, jawa, kalimantan, nusat
tenggara dan Sumatera.
b)
Kapak Lonjong
Memiliki
bentuk seperti telur dengan penampang yang berbentuk melintang lonjong.
Ujungnya agak lancip yang dikaitkan pada tangkainya, bagian ujungnya yang bulat
akan diasah hingga tajam. bahan yang dipakai untuk pembuatan kapak lonjong
ialah dari batu kali yang berwarna kehitaman. Adapun cara pembuatannya yaitu
dengan cara diupam sampai halus. Kapak lonjong tersebut banyak ditemukan di
Papua, Sulawesi utara dan Maluku.
c)
Mata Panah
Merupakan
salah satu dari alat perlengkapan berburu atau menangkap ikan. Mata panah untuk
bisa menangkap ikan yang berbeda dengan mata panah untuk dapat berburu. Mata
panah untuk dapat menangkap ikan yang dibuat dengan bentuk bergerigi sama
dengan mata gergaji dan umumnya terbuat dari tulang.
d)
Gerabah
Terbuat
dari tanah liat yang sudah dibakar. Alat-alat tersebut dipakai sebagai tempat
dalam menyimpan benda-benda berupa perhiasan.
e)
Perhiasan
Terbuat
dari bahan-bahan yang mudah dalam dicari pada area tempat tinggalnya. Bagi
manusia purba yang tinggal diarea pantai, maka mereka akan membuat hiasan dari
kulit kerang. Dan adapula hiasan yang terbuat dari terrakot yaitu sebuah tanah
liat yang sudah dibakar semisal membuat geraba, sedangkan untuk hiasan yang
dibuat berasal dari bahan batu yaitu gelang, beliung dan kalung.
3.
Kehidupan ekonomi
Di masa bercocok tanam, kebutuhan hidup
dari masyarakat akan semakin meningkat. Namun, tak ada satupun anggota
masyarakat yang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh sebab
itu, mereka akan menjalin hubungan dengan masyarakat yang ada diluar daerah
tempat tinggalnya tersebut. Dengan kenyataan tersebut, dalam rangka untuk
memenuhi segala kebutuhannya maka masing-masing butuh mengadakan pertukaran
barang dengan menggunakan sistem barter. Pertukaran barang dengan barang lain
akan menjadi suatu awal kehadiran sistem perdagangan atau sistem perekonomian
yang ada dalam masyarakat.
2.4 Sistem Kepercayaan dan Peninggalan
Kebudayaan Pada Masa Perundagian
Sistem kepercayaan masyarakat praaksara di Indonesia
tidak terlepas dari kepercayaan asli masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan
keagamaan di Indonesia, kepercayaan asli merupakan bentuk kerohanian yang khas
dimiliki oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kepercayaan asli sering
disebut dengan agama asli atau religi.
Kepercayaan manusia tidak terbatas pada dirinya
sendiri saja, akan tetapi pada benda-benda dan tumbuh-tumbuhan yang berada di
sekitarnya. Berdasarkan keyakinan tersebut, manusia menyadari bahwa makhluk
halus atau roh itu memiliki wujud nyata dan sifat yang mendua, yaitu sifat yang
membawa kebaikan dan sidat yang mendatangkan keburukan.
a.
Jenis- jenis kepercayaan
·
Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh-roh nenek
moyang. Awal munculnya kepercayaan animisme ini didasari oleh berbagai
pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Misalnya pada daerah di sekitar
tempat tinggal terdapat sebuah batu besar.Masyarakat yang melewati batu besar
tersebut mendengar keganjilan seperti suara minta tolong, memanggil namanya,
dan lain-lain. Namun begitu dilihat mereka tidak menemukan adanya orang atau
apapun. Peristiwa tersebut kemudian terus berkembang hingga masyarakat menjadi
peracaya bahwa batu yang dimaksud mempunyai roh atau jiwa.
·
Dinamisme adalah suatu kepercayaan dengan keyakinan bahwa
semua benda mempunyai kekuatan gaib, misalnya gunung, batu, dan api. Bahkan
benda-benda buatan manusia seperti patung, tombak, jimat dan lain sebagainya.
·
Totemisme merupakan keyakinan bahwa binatang tertentu
merupakan nenek moyang suatu masyarakat atau orang tertentu. Binatang yang
dianggap nenek moyang antara masyarakat yang satu dengan lainnya berbeda-beda.
Biasanya binatang nenek moyang tersebut disucikan, tidak boleh diburu dan
dimakan, kecuali untuk upacara tertentu
b.
Cara penguburan
Kepercayaan yang dimiliki pada masa prasejarah
merupakan awal dari kepercayaan yang ada pada masa-masa berikutnya. Kepercayaan
masyarakat berburu dan meramu terdapat kekuatan alam yang abadi di
sekelilingnya di buktikan dengan penemuan kuburan serta penguburan jenazah di
Gua Lawa (sampungan) Gua Sodong, Bukit Kerang di Sumatra Utara. Dengan penemuan
kuburan itu menunjukan bahwa masyarakat prasejarah telah memiliki anggapan
tentang hidup sesudah mati dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang
yang meninggal. Pada masa selanjutnya masyarakat telah mengenal dua macam
penguburan yaitu:
·
Penguburan
Primer (langsung).
Dalam penguburan langsung jenazah orang yang sudah
meninggal dikuburkan sekali, atau langsung dikubur di dalam tanah atau
diletakkan dalam sebuah wadah kemudian dikuburkan dalam tanah dengan upacara
penguburan. Mayat dibaringkan mengarah ketempat roh atau arwah pada leluhur
(misalnya di puncak gunung). Sebagai bekal perjalanan ke dunia roh, disertakan
bekal kubur yang terdiri atas berbagai macam barang keperluan sehari-hari,
seperti perhiasan, periuk, dan barang-barang lainnya. System penguburan ini
pernah ditemukan di anyer (banten) dan plawangan , rembang (jawa tengah)
·
Penguburan
Sekunder (tak langsung).
Pada penguburan tak langsung mayat pada mulanya
langsung dikuburkan dalam tanah tanpa upacara penguburan. Setelah beberapa
waktu hingga tinggal kerangka, kemudian digali, dibersihkan, dan dicuci,
terkadang diberi tempayan/sarkopagus atau tanpa wadah dikubur kembali dengan
upacara penguburan. Cara penguburan ini ditemukan di mendolo, sumba (nusa
tenggara timur), Gilimanuk (Bali) , dan Lesung Batu (Sumatra Barat)
c.
Tingkat perkembangan kepercayaan
Sistem kepercayaan manusia purba mengalami
perkembangan. Tingkat perkembangan kepercayaan manusia dapat diketahui sebagai
berikut :
1)
Pemujaan
terhadap jiwa atau roh yang telah meninggal. Roh yang telah lepas dari tubuh
jasmaninya dianggap sebagai jiwa yang merdeka. Kepercayaan ini merupakan bentuk
awal dari kepercayaan animism. Kepercayaan ini mulai berkembang pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut.
2)
Keyakinan
terhadap adanya roh yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya.
Kepercayaan ini disebut animisme. Kepercayaan ini berkembang pesat pada masa
bercocok tanam dan beternak. Pada masa itu manusia sudah mengembangkan
kebudayaan megalitikum, ditandai dengan pembuatan bangunan dari batu2 besar
seperti menhir, punden berundak, dolmen, archa batu, kubur batu, dan sarkofagus
a)
Menhir
Menhir adalah sebuah tugu dari batu tunggal yang
didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang. Ada menhir yang berdiri
tunggal di suatu tempat, ada pula yang terdiri atas suatu kelompok. Sering pula
ditemukan bersama dengan bangunan megalit bentuk lain. Menhir ditemukan di
berbagai tempat di Indonesia. Misalnya, di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah,
dan Kalimantan.
b)
Punden
berundak
Punden berundak merupakan bangunan yang tersusun
dari batu yang bertingkat-tingkat dan berfungsi sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang. Punden Berundak pada zaman megalitik selalu
bertingkat tiga yang mempunyai makna tersendiri. Tingkat pertama melambangkan
kehidupan saat masih dikandungan ibu, tingkat kedua melambangkan kehidupan
didunia dan tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah meninggal. Bangunan
punden berundak merupakan cikal bakal bangunan candi pada masa hindu-budha.
Peninggalan punden berundak bisa ditemukan di lebak sibedug (Banten Selatan)
dan puncak gunung argapura di jawa timur
c)
Dolmen
Dolmen adalah batu seperti meja
berkakikan menhir. Ada dolmen yang menjadi tempat sesaji dan
pemujaan kepada nenek moyang dan ada pula yang di bawahnya terdapat kuburan.
Dolmen dapat ditemukan di cipari, kuningan ( jawa barat ), Bondowoso dan Jember
( jawa timur ), Pasemah ( Sumatra ), dan Nusa Tenggara Timur.
d)
Archa Batu
Arca batu biasanya mempunyai bentuk yang menyerupai
binatang / manusia. Yang mungkin dipercaya merupakan perwujudan dari nenek
moyang dan menjadi objek pujaan. Arca batu banyak di temukan di wilayah
indonesia antara lain di pasemah, Sumatra bagian Selatan serta Sulawesi bagian
Tenggara.
e)
Sarkofagus
Sarkofagus
atau keranda bentuknya seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai
tutup.Hampir di setiap desa ditemukan sarkofagus. Seperti juga dolmen, sarkofagus
ini dianggap sebagai peti mati. Di dalamnyaterdapat mayat dan bekal kubur
berupa periuk, kapak persegi, perhiasan, dan benda2 dari perunggu / besi.
Sarkofagus dapat ditemukan di samosir, Sumatra utara.
f)
Kubur batu
Peti kubur
adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang
dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah
penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari
(Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan
rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik.
3)
Kepercayaan
tentang adanya kekuatan gaib pada benda-benda tertentu. Kepercayaan ini disebut
dinamisme. Kepercayaan ini berkembang pesat pada masa perundagian.
Kepercayaan masa praaksara terus berkembang dalam
masyarakat. Setelah pengaruh hindu-budha masuk, keyakinan bahwa huajn, badai,
dan matahari diatur oleh makhluk halus dipersonifikasikan sebagai dewa alam.
Kepercayaan terhadap banyak dewa ini dinamakan politeisme. Selanjutnya,
masyarakat Indonesia memiliki keyakinan menganai adanya Tuhan yang mengatur
semua kejadian di alam semesta. Kepercayaan ini dinamakan monoteisme.
d.
Kehidupan Manusia Pada Masa
Perundagian
Pada
masa perundagian semakin lama, pola bercocok tanam dan beternak semakin
berkembang. Terdorong oleh pergeseran kebutuhan dari semula menanam umbi-umbian
menjadi menanam padi, manusia lantas membuat perkakas yang semakin efektif dan
efisien. Masa perundagian ditandai dengan adanya kemunculan golongan undagi .
Golongan ini terdiri atas orang-orang yang ahli dalam bidang bidang tertentu
seperti membuat rumah, peleburan logam, membuat gerabah, dan perhiasan.
1)
Kehidupan Sosial
Jumlah
penduduk semakin bertambah. Kepadatan penduduk bertambah, pertanian dan
peternakan semakin maju, mereka memiliki pengalaman dalam bertani dan berternak
mereka mengenal cara bercocok tanam yang sederhana. Mereka
memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan musim, mereka mulai dapat
memperkirakan peristiwa alam dan memperhitungkan musim tanam dan musim panen. Dengan
diterapkan sistem persawahan maka pembagian waktu dan kerja semakin diketatkan.Dalam masyarakat muncul golongan
undagi, mereka merupakan golongan yang terampil untuk melakukan perkerjaan
seperti pembuatan rumah kayu, gerobak, maupun benda logam. Pertanian tetap
menjadi usaha utama masyarakat. Dari segi sosial,
kehidupan masyarakat zaman ini semakin teratur.
Contohnya
: ada pembagian kerja yang baik berdasarkan kemampuan yang dimiliki
masing-masing individu. Pembagian kerja semakin
komplek dimana perempuan tidak hanya bekerja di rumah tetapi juga berdagang di
pasar.
2)
Kehidupan
Budaya
Masyarakat
zaman ini telah menunjukkan tingkat budaya yang tinggi terlihat dari berbagai
bentuk benda seni dan upacara yang ditemukan menunjukkan keterampilan
masyarakat perundagian yang tinggi. Zaman
ini ditandai dengan pesatnya kemampuan membuat alat-alat akibat perkembangan
teknologi. Mereka menemukan teknologi peleburan biji logam. Oleh karena itu,
semakin banyak manusia yang menggunakan logam untuk memenuhi perkakas hidupnya.
Pada
zaman Perundagian peralatan gerabah masih ditemukan dengan teknologi yang
semakin maju. Hal ini menunjukkan bahwa peranan alat-alat dari gerabah tersebut
tidak dapat digantikan dengan mudah oleh alat-alat dari dari logam. Kehidupan
seperti ini menunjang terbentuknya kebudayaan yang lebih maju yang memerlukan
alat-alat pertanian dan perdagangan yang lebih baik dengan bahan-bahan dari
logam. Hasil-hasil peninggalan kebudayaannya antara lain :
a)
Nekara perunggu
Berfungsi sebagai pelengkap upacara
untuk memohon turun hujan dan sebagai genderang perang; memiliki pola hias yang
beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-tumbuhan, ada pula yang tak
bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Selayar, Papua.
b)
Kapak Perunggu
Bentuknya beraneka ragam. Ada yang
berbentuk pahat, jantung, atau tembilang; motifnya berpola topang mata atau
geometris.
c)
Bejana Perunggu
Bentuknya mirip gitar Spanyol tanpa
tangkai; di temukan di Madura dan Sulawesi.
d)
Arca Perunggu
Berbentuk orang sedang menari,
menaiki kuda, atau memegang busur panah; ditemukan di Bangkinang (Riau),
Lumajang, Bogor, Palembang.
e)
Perhiasan dan Manik-Manik
Terbuat dari perunggu, emas, dan
besi; berbentuk gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul; banyak
ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang; sedangkan manik-manik banyak ditemukan di
Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone; berfungsi sebagai bekal
kubur; bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval.
f)
Kapak Corong
Merupakan benda yang dipergunakan
sehari-hari yang terbuat dari perunggu dengan bentuk kapak yang bagian
pegangannya berongga (untuk memasukan tangkai kayu) sehingga
menimbulkan kesan seperti corong. Itulah sebabnya kenapa dinamakan kapak
corong.Kapak tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan
sepatu bentuknya.
g)
Moko
Merupakan nekara tipe pejeng dengan
bentuk dasarnya lonjong seperti genderang berbagai ukuran. Alat ini berfungsi
sebagai perlengkapan upacara dan tari-tarian adat. Selain itu, moko digunakan
sebagai alat tukar dan symbol status social. Moko ditemukan banyak di pulau
alor.
3)
Kehidupan Ekonomi
Pada
zaman perundagian, kemampuan manusia dalam kegiatan ekonomi semakin maju.
Kegiatan ekonomi makin beraneka ragam diantaranya pertanian, peternakan,
membuat keranjang, membuat gerabah, bepergian ke tempat-tempat lain untuk
menukar barang-barang yang tidak dihasilkan di desa tempat tinggalnya. Kegiatan
mereka merupakan permulaan dari kegiatan perdagangan.
Pada
masa perundagian, dalam masyarakat timbul golongan-golongan para ahli dalam
mengerjakan kegiatan tertentu, misalnya ahli mengatur upacara keagamaan, ahli
pertanian, ahli perdagangan dan ahli membuat barangbarang dari logam dan
sebagainya.
Pengetahuan dalam berbagai bidang
meningkat. Ilmu tentang perbintangan dan iklim telah dikuasai untuk mengetahui
arah angin yang diperlukan dalam pelayaran dan pengaturan kegiatan-kegiatan
dalam pertanian.
2.5 Persebaran
Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Mengenai persebaran
penduduk Indonesia terdapat berbagai pendapat mengenai asal-usul nenek moyang
bangsa Indonesia. Beberapa tokoh berpendapat bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia bukan asli berasal dari Indonesia melainkan daerah lain. Namun juga
ada yang berpendapat mengenai asal usul nenek moyang memang berasal asli dari
Indonesia. Brandes dan Kern berpendapat bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari luar Indonesia. Penelitian dari kedua tokoh tersebut berdasarkan
persamaan bahasa. Brendes menyatakan bahwa ada kesamaan antara bahasa yang
digunakan bangsa Indonesia dengan bahasa yang digunakan oleh penduduk yang
mendiami pulau Formosa (Taiwan).
Sedangkan Kern
menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Campa, Kochin Cina.
Kern mendasarkan pernyataannya tersebut berdasarkan kesamaan bahasa serta
persamaan nama binatang dan nama senjata. Pada sekitar tahun 2000 sampai 2500
SM, orang-orang dari Yunan dengan menggunakan perahu bercadik meninggalkan
wilayah tempat tinggalnya menuju ke daerah wilayah selatan. Perpindahan
penduduk ini dikarenakan desakan suku lain yang lebih kuat. Von Heine Gildren
menyatakan bahwa penduduk Indonesia berasal dari daratan Asia hal ini
didasarkan pada artefak yang ditinggalkan. Sebagai contoh kapak persegi di
Indonesia juga ditemukan di sekitar sungai Huang Ho dan Irawady.
Pendapat yang
menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri
adalah pendapat dari Moh Yamin. Penelitian ini didasarkan pada fosil tertua
ditemukan di Indonesia. selain itu banyak fosil manusia purba yang ditemukan di
Indonesia. pendapat lain yang agak berbeda dikemukakan oleh Majumdar yang
menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari India. Berdasarkan
beberapa teori yang diungkapkan oleh banyak tokoh tersebut disumpulkan awal
bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunan Cina
selatan.Teori Yunan didukung oleh beberapa ahli antara lain Geldern, Kern,
Foster, Logan, Slamet Muljana dan Asmah Haji Omar. Dan kemungkinan teori ini
akan dapat berganti dikemudian hari tergantung penelitian selanjutnya.
2.5.1 Proses kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia
Persebaran nenek
moyang bangsa Indonesia diperkirakan melalui dua gelombang. Gelombang pertama
ialah Melayu Tua (Proto Melayu) sekitar 2000 SM dan gelombang yang kedua yakni
Melayu Muda (Deutro Melayu) sekitar 500 SM. Berbagai ahli sejarah menerka bahwa
kepindahan tersebut disebabkan beberapa hal antara lain: kekurangan bahan
makanan, kerusakan lingkungan di daerah asal, bencana alam, terdesak oleh
pendatang, peperangan dll.
1)
Proto Melayu
Jalur perpindahan
dari Yunan menuju wilayah Indonesia dibagi menjadi dua rute yakni rute barat
dan rute timur. Jalur barat dari Yunan ke Semenanjung Malaysia, Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara kebudayaan yang dibawa adalah kapak persegi.
Sedangkan jalur timur dimulai dari Teluk Tonkin menyusuri pantai Asia Timur
menuju Taiwan, Filipina, Sulawesi, Maluku, Papua sampai Australia dengan
membawa kebudayaan kapak Lonjong. Keturunan bangsa Proto Melayu misalnya saja
suku bangsa Batak, Dayak dan Toraja. Bangsa Proto Melayu sudah bermukim secara
menetap, dengan berternak dan pengolahan tanah secara sederhana.
2)
Deutro Melayu
Persebaran Deutro
Melayu menempuh jalur barat dengan membawa kebudayaan Dongson dari Vietnam.
Kebudayaan Dongson merupakan bebudayaan yang menghasilkan alat-alat dari
perunggu seperti kapak corong (kapak perunggu), nekara, moko dan perhiasan dari
perunggu. Bangsa Deutro Melayu memilih tinggal di daerah pesisir, muara dan
sungai yang merupakan daerah yang subur. Deutro Melayu sudah bercocok tanam
lebih modern dibangindkan Proto Melayu. Deutro Melayu sudah mengenal irigasi. Bangsa
Indonesia sekarang yang merupakan keturunan dari bangsa Deutro Melayu adalah
suku bangsa jawa, Madura, Menado dan Melayu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Priodesasi masa prasejarah berdasarkan ilmu geoligi
ini dilakukan untuk mengetahui terbentuknya bumi dari masa awal sampai seperti
saat ini, melalui lapisan-lapisan bumi. Melalui lapisan-lapisan
bumi kita akan mengetahui usia fosil dan benda-benda purbakala. Semakin
dalam dari permukaan tanah tempat ditemukannya fosil atau benda
tersebut maka dpat disimpulkan bahwa usia benda itu semakin tua dan sebaliknya.
Melalui pemeriksaan laboratorium, akan diketahui berapa kira-kira usia
bumi beserta makhluk yang pernah menghuninya.berikut adalah uraian mengenai
tahapan-tahapan terciptanya bumi.
Pembabakan prasejarah berdasarkan ilmu
arkeologi bertujuan untuk mengetahui usia manusia purba berdasarkan
peninggalan purbakala. Benda-benda tersebut dapat berupa perkakas rumah tangga,
patung, coretan di gua, dan fosil purba. Manusia purba menggunakan alat-alat
untuk memenuhi kebutuhannya seperti mencari dan mengolah makanan dengan
menggunakan perkakas dari batu atau benda-benda alam lainnya yang keras seperti
kayu dan tulang.
Kehidupan masyarakat di Indonesia terus mengalami
perkembangan, yakni dari masa berburu dan mengumpulkan makanan kemudian berkembang
ke masa menetap dan bercocok tanam. Dalam masa menetap dan bercocok tanam
masyarakat kemudian berusaha membuat atau menciptakan berbagai macam peralatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka maka lahirlah budaya. Budaya yang semula
merupakan budaya batu mulai dari batu tua,madya, dan muda lalu berkembag ke
budaya batu besar dan budaya besi atau perunggu bersamaan dengan lahrnya budaya
batu besar (megalitikum) maka berkembang pula system kepercayaan masyarakat
seperti animisme dan dinamisme
Setelah Disusunnya Makalah ini dapat disimpulkan :
1.
Zaman pra-Aksara
di berdasarkan ciri kehidupan masyarakat, dibagi dalam empat babak, yaitu masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana, masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat lanjut, .masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
2.
Perubahan dari
masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut ke masa bercocok tanam,
memakan waktu yang sangat panjang,
3.2 Saran
Setelah mempelajari kehidupan masa pra aksara dan
Setalah kami menyusun makalah ini kami member saran :
1.
Kita Harus
Bersyukur Karena kita tidak perlu bersusah keras lagi untuk mencari makanan
kini kita tinggal membeli apa yang kita inginkan .
2.
Masa kita
sekarang adalah masa yang modern tentunya perlu di syukuri dan dinikmati sesuai
kebutuhan.
3.
Jangan lupa
bersyukur selalu kepada tuhan yang menciptakan langit dan bumi.
DAFTAR
PUSTAKA
Beberapa Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar